113

Dini hari kemarin, sekitar jam dua malam, saya meliput kebakaran disalah satu pabrik kardus di kawasan pulo gadung, jakarta timur. Memang kebetulan saya sedang jaga malam (jamal) alias liputan malam, setelah kembali lagi ke program reportase. Waktu nyampe di lokasi, api memang udah padam, tapi hawa panas masih terasa dari dekat, trus asap memang masih mengepul. Petugas pun masih menyemprotkan air ke beberapa titik.

Gak tanggung-tanggung, untuk satu pabrik itu yang apinya bahkan tidak menjalar keluar, ada sekitar delapan unit pemadam kebakaran yang dikerahkan. Luar biasa antisipasinya. Tapi yang saya alami waktu mengambil gambar petugas yang sedang kerja dari jarak dekat, adalah mata perih dan hanya menghirup asap. Karena slayer yang saya pakai menutupi hidung gak membantu, ditambah mata yang udah berair, saya keluar dari pabrik itu, setelah gambar cukup tentunya. Tapi setelah itu saya masuk lagi.

Yang menyedihkan, waktu masuk lagi, tiga orang petugas pemadam kebakaran berlari sempoyongan keluar dengan mata berair dan batuk-batuk bahkan muntah, mungkin karena asap yang begitu banyak dia hirup. Kenapa sampai seperti itu? apa iya peralatan petugas pemadam kita memang sangat terbatas, sampai mereka tidak menggunakan pelindung sama sekali. Sungguh ironi, disaat petugas pemadam itu berusaha menyelamatkan sebuah gedung dari kebakaran, namun keselamatan dia sendiri terabaikan.

Saya langsung teringat kejadian beberapa waktu lagi, saat seorang kepala pemadam kebakaran, harus tewas terbakar, saat terjadi kebakaran pasar di blok M.

Semalam, sekitar pukul sepuluh, atau kurang 24 jam setelah kebakaran di Pulo Gadung Itu, saya yang masih jamal, kembali meliput kebakaran. Namun kali ini berbeda, jangan kan asap dan keperihan pada mata, untuk bisa masuk ke lokasi pun gak bisa. Kali ini yang kebakaran adalah (katanya) ruang sauna di hotel The Park Lane, Casablangka, Jakarta Selatan.

Begitu saya dan reporter mau masuk langsung dicegah petugas keamanan "maaf mas manajemen hotel melarang media apapun untuk masuk meliput" kata seorang security. yah, jadilah saya hanya mengambil gambar dari depan dan belakang hotel.

Entah aneh, atau apa yang salah, kali ini peralatan yang digunakan kok lebih canggih yah. bahkan petugas yang akan masuk ke hotel sudah menggunakan peralatan memadai, termasuk kacamata dan tabung (seperti orang yang mau nyelam), aku gak tau namanya, yang pasti itu digunakan supaya petugas bisa bebas dari asap. Pikiran saya yang tadinya merasa peralatan pemadam kita kurang, langsung berubah total begitu melihat segala usaha pemadam api yang tak tampak itu.

Mobil unit pemadam yang siagapun cukup banyak, lebihn dari sepuluh buah. Lalu muncul pertanyaan baru di benak saya. Apakah ada perbedaan dalam menangani kebakaran di sebuah pabrik, dan di sebuah hotel? (Baca : perlengkapan untuk tim pemadam).

Papaun itu, saya hanya berharap supaya keamanan para petugas pemadam ini lebih ditingkatkan lagi. Apalagi mereka berkerja mempertaruhkan jiwa dan raga. Salut untuk mereka yang Pantang pulang sebelum api padam.

Kalo ada kebakaran telp kemana? Yang paling cepat menurut operator telkom (baca : 108) adalah telpon langsung ke 113. Tapi semalam saya mencoba sampai lima kali menelpon ke nomor itu, tapi jawabannya : "Telkom memo..."

Jadi...?

Comments